Meneladani Sifat-Sifat Ibnu Abbas



Abdullah bin Abbas

Oleh : Fakhri Abdullah Rosyid

Abdullah bin Abbas adalah pemuda berwatak dewasa, memiliki sifat banyak bertaya (belajar), dan sangat cerdas. Sahabat yang satu ini mulia segala-galanya, tidak ada yang ketinggalan. Dalam pribadinya, terdapat kemuliaan sebagai sahabat Raulullah SAW, maupun  sebagai seorang cendekiawan muslim. Beliau memperoleh kemuliaan sebagai keluarga dekat Raulullah Saw, karena merupakan anak dari paman Rasulullah Saw, Abbas bin Abdul Muthalib. Sahabat yang satu ini juga mulia dari segi ilmu karena menjadi salah satu umat Rasulullah Saw, yang teramat alim dan sholeh.

Pemuda yang sering dipanggil dengan Ibnu Abbas ini sangat alim dalam kitabullah (Al-Qur’an) dan sangat paham maknanya. Bahkan sahabat Rasulullah Saw ini dikataan menuasai Al-Qur’an sampai ke dasar-dasarnya, mengetahui tujuan penulisan ayat, serta memahami segala rahasia dan keutamaannya.

Ibnu Abbas lahir tiga tahun sebelum peristiwa hijrah. Ketika Rasulullah Saw wafat, ia baru berumur tiga belas tahun. Dalam usia remaja itu, ia telah berhasil menghafalkan 1660 hadits untuk kaum muslimin yang diterimanya langsung dari Rasululah Saw, dan telah dicatat oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih Mereka.

Menurut riwayat, segera setelah Ibnu Abbas kecil lahir kedunia, bayi yang masih merah itu dibawa ibunya kepada Rasulullah Saw. Beliau kemudian memasukan air liurnya kedalam kerongkongan bayi tersebut. Dan air liur Rasulullah Saw yang suci dan penuh berkah itulah yang pertama-tama masuk ke dalam rongga kerongkongan bayi tersebut sebelum disusui ibunya. Seiring dengan masuknya air liur Rasulullah Saw, masuk pulalah benih-benih ketakwaan dan hikmah kedalam pribadi bayi tersebut. Wallahu’alam.

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah [2] : 269)

Ketika Anak itu mulai beranjak memasuki usia tamyiz (usia enam atau tujuh tahun), ia kemudia tinggal di rumah Rasulullah Saw, dan saling mengasihi layaknya kakak beradik. Ibnu Abbas selalu menyediakan air wudhu ketika Rasulullah Saw hendak berwudhu. Bila Rasulullah Saw sedang sholat, anak yang masih remaja itu juga turut ikut sholat. Bila Rasulullah Saw berpergian, ia turut membonceng di belakang.

Sedemikian dekatnya Ibnu Abbas dengan Rasulullah Saw, sehingga orang-orang menyebut Ibnu Abbas bagaikan bayang-bayang Rasulullah Saw, yang senantiasa mengikuti. Selain mengikuti ke manapun Rasulullah Saw pergi, anak tersebut juga merekam segala peristiwa yang ia lihat dan kata-kata yang didengarnya dari Rasulullah Saw, melaui hati dan pikrannya yang masih bersih. Pada zaman itu, manusia belum mengenal kertas dan alat tulis seperti yang kita kenal sekarang. Tetapi, Ibnu Abbas mampu menghafal ribuan hadits dari segala tindak-tanduk Rasulullah Saw, yang kemudian menjadi pedoman umat setelahnya.

A.             Kemampuan Otak Yang Luar Biasa

Ibnu Abbas pernah bercerita mengenai junjungannya itu. Dia berkata “Pada suatu ketika, Rasulullah Saw hendak mengerjakan sholat, aku segera menyediakan air wudhu untuk beliau. Beliau terlihat sangat gembira dengan apa yang kulakukan. Ketika bersiap untuk sholat, beliau memberi isyarat kepadaku supaya berdiri disampingnya. Tetapi aku tetap berdiri dibelakang beliau. Setelah selesai sholat, beliau menoleh kepadaku seraya berkata, “Mengapa engkau tidak berdiri disampingku? ” Lalu akupun menjawab, “Anda sangat tinggi dalam pandanganku dan sangat mulia untukku berdiri disamping Anda” Rasulullah kemudian menengadahkan telapaktangannya, lalu berdo’a “Wahai Allah, berilah ia hikmah”

Allah Swt, memperkenankan terkabunya do’a Rasulullah Saw tersebut. Allah memberi cucu Hasyim itu hikmah, melebihi hikmah yang diberikan kepada ahli-ahli hikmah yang mempunyai gelar lebih utama. Jika Anda penasaran dengan hikmah yang telah dianugerahkan Allah kepada Ibnu Abbas, mari kita simak kisah kecil namun sangat bermakna yang disebutkan dalam sebuah riwayat berikut.

Pada suatu waktu, ketika sebagian sahabat mengucilkan dan merendahkan Khalifah Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas menjumpai sang Khalifah dan berkata, “Ya Amirul Mukminin, izinkanlah saya mendatangi dan berbicara kepada mereka”.

Ali menjawab, “Saya khawatir resiko yang mungkin akan Engkau terima dari mereka”.

Ibnu Abbas pun menjawab, “Inshaallah tidak akan terjadi apa-apa”.

Ibnu Abbas pun segera mendatangi dan bergabung dalam Majlis kaum yang tidak senang terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dilihatnya, mereka adalah orang-orang yang sangat rajin beribadah. Begitu melihat kedatangan Ibnu Abbas, seorang jamaah menyambutnya, “Selamat datang wahai Ibnu Abbas, dan apa maksud kedatangan anda kemari? “

Ibnu Abbas menjawab, ‘’saya datang untuk berbicara dengan tuan-tuan”

Sebagian jamaah yang lain lalu berkata, “Katakanlah, kami akan mendengarkan Anda”

Setelah dipersilahkan duduk, Ibnu Abbas kemudian berkata, “Coba tuan-tuan katakan kepada saya, apa sebabnya tuan-tuan membenci anak paman Rasulullah Saw?“, (suami anak perempuan beliau adalah menantu Rasulullah Saw, sekaligus orang yang pertama-tama beriman kepada beliau)

Beberapa Jamaah yang rupanya menjadi juru bicara langsung menjawab, “Kami membencinya karena tiga perkara”

Karena penasaran, Ibnu Abbas pun bertanya, “Apa itu?”

Mereka kembali menjawab, “Pertama, ia bertakhim (mengangkat hakim) kepada manusia tentang urusan agama Allah Swt. Kedua, ia memerangi Aisyah dan kaum Mu’awiyah, tetapi ia tidak mengambil harta rampasan dan tawanan. Ketiga, ia menanggalkan gelar Amirul Mukinin dari dirinya, padahal kaum muslimin yang mengukuhkan dan mengangkatnya.”

Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Sudikah tuan-tuan mendengarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits yang hendak saya bacakan? Tuan-tuan tentu tidak akan membantah keduanya. Apakah tuan-tuan bersedia  mengubah pendirian tuan-tuan sesuai dengan maksud ayat dan hadits tersebut?”

Serempak jamaah itu menjawab, “Tentu”

Ibnu Abbas berkata, “Masalah pertama yakni tentang bertakhim kepada manusia dalam urusan agama, Allah Swt berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. (QS. Al-Maidah [5] : 95)

Ibnu Abbas melanjutkan, “Saya bersumpah bersama tuan-tuan dengan menyebut nama Allah, apakah putusan seseorang tentang hak darah atau jiwa dan perdamaian antara kaum muslimin itulah yang lebih penting ataukah seekor kelinci yang harganya seperempat dirham? “

Para jamaah menjawab, “Tentu darah kaum muslimin dan perdamaian diantara mereka yang lebih penting”.

Ibnu Abbas kembali berujar, “Marilah kita keluar dari persoalan ini”.

Ibnu Abbas berkata, “Masalah kedua, yakni Ali berperang tetapi ia tidak menawan para wanita seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw. Mengenai masalah ini, sudikah tuan-tuan mencaci Aisyah, lantas tuan-tuan halalkan ia seperti wanita-wanita tawanan yang lain? Jika tuan-tuan mengatakan, “Ya”, tuan-tuan telah kafir. Dan jika tuan-tuan menjawab, “Ia bukan ibu kami”, tuan-tuan telah kafir juga. Allah Swt berfirman :

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). (QS. Al-Ahzab [33] :6)

Ibnu Abbas berkata, “Lalu pilihlah, mana yang tuan-tuan suka? Mengakui Ibu atau tidak?”

Ibnu Abbas kembali berucap, “Untuk masalah ketiga, yakni Ali menanggalkan gelar Amirul Mukminin dari dirinya, sesungguhnya ketika perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, mula-mula Rasulullah Saw menyuruh untuk ditulis “Inilah perjanjian dari Muhammad Rasulullah”. Lalu, kaum Musyrikin berkata, “Seandainya kami mengakui engkau Rasulullah, tentu kami tidak menghalangi engkau mengunjungi baitullah dan tidak memerangi engkau. Karena itu, tuliskan saja nama engkau “Muhammad bin Abdullah”. Rasulullah pun memenuhi permintaan mereka seraya berkata, “Demi Allah, aku adalah Rasulullah, sekalipun kalian tidak mempercayaiku”

“Bagaimana? “, Tanya Ibnu Abbas mengakhiri penjelasannya.

“Tidak pantaskah masalah memakai atau tidak memakai gelar Amirul Mukminin itu kita tinggalkan saja? “

Kemudian mereka menjawab, “Ya Allah, Kami setuju”.

Hasil pertemuan antara Ibnu Abbas dengan mereka (Kaum Khawarij) dengan alasan-alasan yang dikemukakannya itu menyebabkan 20.000 orang yang membenci Ali kembali masuk ke dalam barisan Ali. Setelah peristiwa cerdas itu, jumlah orang yang memusuhi Sang Khalifah hanya tinggal 4.000 orang. Itulah salah satu bukti dari kecerdasan Ibnu Abbas dalam mencegah pertumpahan darah sesama saudara seiman.

B.             Menghormati Para Ulama

Waktu muda, Ibnu Abbas mencari ilmu dengan berbagai cara yang dapat dilakukan. Waktunya dihabiskan untuk menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh.mula-mula ia memperoleh ilmu langsung dari sumber mata air yang mulia, yaitu Rasulullah Saw hingga beliau wafat. Setelah beliau wafat, ia menghubungi ulama-ulama dan para sahabat untuk belajar kepada mereka.

Ibnu Abbas berkata, “Apabila seseorang menyampaikan sebuah hadits kepadaku yang diperolehnya dari seorang sahabat Rasulullah Saw, maka kudatangi sahabat tersebut ke rumahnya waktu ia sedang tidur siang. Lalu kubentangkan surban dekat tangga rumahnya dan aku duduk di situ menunggu sampai ia bangun. Sementara itu, angin bertiup mengenai tubuhku dengan debu dan tanah. Seandainya aku meminta izin masuk kepadanya, tentu ia akan mengizinkanku. Tetapi, memang aku melakukan hal yang demikian agar tidak mengganggu waktu tidurnya.

Ibnu Abbas melanjutkan, “Ketika ia keluar dan melihatku dalam keadaan demikian, sang pemilik rumah berkata, “Wahai anak paman Rasulullah Saw, mengapa Anda sendiri yang datang ke sini? Mengapa tidak Anda suruh saja seseorang memanggilku? Tentu aku akan datang memenuhi panggilan Anda. Lalu, Ibnu Abbas menjawab, “Akulah yang harus mendatangi Anda, ilmu itu harus didatangi bukan ilmu yang mendatangi”. Sesudah itu, kutanyakan kepadanya mengenai hadits yang kumaksud.

Dalam hal menuntut ilmu, Ibnu Abbas memang terkenal rendah hati. Beliau begitu menghormati derajat para ulama. Pernah pada suatu hari, Zaid bin Tsabit (Penulis wahyu dan ketua pengadilan Madinah bidang fiqih) mendapat kesulitan karena hewan yang ditungganginya tiba-tiba bertingkah. Lalu, Ibnu Abbas berdiri di hadapannya sebagaimana seorang hamba berdiri di hadapan majikannya. Ditahannya hewan tunggangan Zaid bin Tsabit.

Zaid bin Tsabit berkata, “Biarkan saja wahai anak paman Rasulullah Saw”.

Lalu Ibnu Abbas menjawab, “Seperti inilah kami diperintahkan oleh Rasulullah Saw terhadap ulama kami”.

Zaid bin Tsabit kembali berkata, “Coba perlihatkan tangan Anda kepada saya”.

Ibnu Abbas mengulurkan tangannya kepada Zaid bin Tsabit, yang kemudian dicium olehnya.
Zaid berkata, “Begitulah caranya kami diperintahkan Rasulullah Saw untuk menghormati keluarga Nabi kami”.

C.             Menjadi Sumber Rujukan Untuk Bertanya

Karena kealiman dan kemahirannya dalam berbagai bidang ilmu, Ibnu Abbas senantiasa diajak bermusyawarah oleh Khalifah Rasyidah, sekalipun ia masih muda belia. Apabila Khalifah Umar bin Khattab menghadapi suatu persoalan rumit, diundangnya ulama-ulama terkemuka termasuk Ibnu Abbas yang masih muda belia. Bila Ibnu Abbas hadir, Khalifah Umar memberikan tempat duduk yang lebih tinggi, sementara sang Khalifah sendiri duduk di tempat yang lebih rendah seraya berkata, “Anda lebih berbobot daripada kami”.

Pada suatu ketika, pernah Khalifah Umar mendapat kritik karena perlakuan yang diberikannya kepada Ibnu Abbas melebihi ulama-ulama yang lebih tua usianya. Maka, kata Umar, “Dia adalah pemuda tetapi berpikiran seperti orang tua, ia lebih banyak belajar dan berhati tenang”.

Ketika Ibnu Abbas beralih mengajar orang-orang tertentu. Ia tetap tidak melupakan kewajibannya terhadap orang-orang awam. Maka, dibentuknya Majlis-Majlis Wa’azh dan tadzkir (pendidikan dan pengajaran). Di antara waktu-waktu mengajarnya ia tetap giat berdakwah.

Dalam salah satu dakwahnya yang luar biasa menggetarkan kalbu, Ibnu Abbas berkata, “Wahai orang yang berbuat dosa! Jangan sepelekan akibat-akibat perbuatan dosa itu. Sebab, ekornya jauh lebih gawat daripada dosa itu sendiri. Kalau engkau tidak merasa malu kepada orang lain, padahal engkau telah berbuat dosa, maka sikap tidak punya malu itu sendiri juga dosa. Kegembiraanmu ketika melakukan dosa juga merupakan dosa di hadapan Allah. Kalau engkau sedih karena tidak dapat berbuat dosa, maka kesedihanmu itu jauh lebih dosa dari pada perbuatan itu. Engkau takut kalau-kalau angin bertiup membukakan rahasiamu. Tetapi engkau sendiri telah berbuat dosa tanpa takut akan Allah melihatmu, maka sikap seperti itu adalah lebih besar dosanya ketimbang perbuatan dosa itu.

Ibnu Abbas berkata lagi, “Wahai orang yang berdosa! Tahukah engkau dosa Nabi Ayyub As yang menyebabkannya mendapat bala (ujian) pada jasad dan harta bendanya? Ketauhilah, dosanya itu hanyalah karena ia tidak menolong seseorang miskin yang meminta pertolongannya untuk menyingkirkan kezaliman”.

Ibnu Abbas bukan termasuk golongan orang-orang yang hanya pandai berkata-kata, tetapi tidak berbuat. Beliau bukan termasuk orang yang hanya pandai melarang, tetapi tidak bertindak untuk menghentikan. Abdullah bin Mulaikah berkata, “Saya pernah menemani Ibnu Abbas dalam suatu perjalanan dari Makkah ke Madinah. Ketika rombongan kami berhenti di suatu tempat, ia (Ibnu Abbas) bangun di tengah malam, sementara yang lainnya tidur karena kelelahan. Saya juga pernah melihatnya berkali-kali membaca ayat ke-19 dari surat Qaaf sambil menangis di suatu malam hingga terbit fajar.

Dari riwayat ini, kita tahu bahwa wajah Ibnu Abbas yang rupawan disebabkan tangisannya di tengah malam karena takut akan siksa Allah, sehingga air mata nan suci turut membasahi kedua pipinya. Air mata itulah yang membersihkan dan mencerahkan wajahnya.

D.              Kepergian Ibnu Abbas

Ibnu Abbas telah berhasil membaktikan seluruh hidupnya demi mencapai puncak keilmuan yang dimilikinya. Begitu luar biasa ilmu beliau sehingga ia diperlakukan seperti tamu agung, melebihi seorang raja sekalipun. Pada suatu musim haji, Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan pernah pergi haji ke Makkah. Bersama rombongannya, turut pula Ibnu Abbas. Khalifah Mu’awiyah diiringi pasukan pengawal kerajaan, sementara Ibnu Abbas diiringi oleh murid-muridnya yang ternyata berjumlah lebih banyak daripada para pengiring Khalifah.

Ibnu Abbas dianugerahi oleh Allah usia 71 tahun. Selama itu, ia telah memenuhi dunia dengan ilmu, paham, hikmah, dan takwa. Ketika beliau meninggal, Muhammad bin Hanafiyah (Imam Hanafi) turut melakukan sholat atas jenazahnya bersama-sama dengan para sahabat serta pemuka tabi’in yang lain. Tatkala sedang menguburkan jenazahnya dengan tanah, mereka mendengar ada sebuah suara yang membaca petikan ayat berikut :

(27) Hai jiwa yang tenang. (28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (29) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, (30) masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr [89] :27-30)

Dunia atau Akhirat ?

Sudah Seberapa Siap Bekalmu untuk Akhiratmu ?


Lokasi : Masjid Istiqlal (Jakarta)
Sahabat yang dirahmati Allah SWT.

Betapa banyak diantara manusia yang lupa daratan, betapa ramai manusia menjadi ingkar, betapa ramai manusia menjadi tidak bersyukur, betapa ramai manusia yang durhaka dan berkhianat.

Mereka melupakan tujuan sebenarnya ketika hidup didunia dan hanya mengejar kenikmatan dunia. Mereka tidak sadar bahwasannya dunia yang mereka kejar akan berakhir. Dunia yang sebenarnya tempat untuk mempersiapkan bekal kehidupan akhirat kini menjadi sia-sia, dunia yang diutamakan dan akhirat yang dinomor duakan.

Surah Ash-Shura, Verse 20 :

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat."

Hikmah yang terkandung dalam QS.Ash-Shura, 20 adalah :
  1. Prinsip dasar Islam adalah berbuat dan bekerja untuk kehidupan dunia dan akhirat.
  2. Orang yang mendahulukan kepentingan akhirat lebih utama daripada orang yang mendahulukan kepentingan dunia.
Perumpaan lain diibaratkan dengan ayat diatas adalah dengan membandingkan antara padi dan rumput. Ketika kita menanam padi, sudah pasti akan tumbuh rumput disekitar padi yang kita tanam. Tetapi sebaliknya, jika kita menanam rumput, mustahil atau tidak akan mungkin akan tumbuh padi disekitar rumput yang kita tanam.

Begitupula dengan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Jika kita dalam hidup ini hanya mementingkan kehidupan dunia maka yang akan kita dapatkan hanyalah sedikit saja keuntungan dari kehidupan dunia ini. Akan tetapi jika kita memfokuskan diri untuk kepentingan akhirat, maka bukan hanya keuntungan akhirat saja yang akan kita dapatkan, tetapi keuntungan kehidupan duniapun akan kita dapatkan.

Oleh karena itu...

Apa yang sudah kita perbuat untuk kehidupan akhirat kita ?

Sudah sangat siap atau malah belum siap sama sekali ?

kalau belum siap, apa hal yang membuatmu menjadi terbengkalai untuk menyipkan bekalmu kelak ?

Apakah dunia ? atau harta ? atau bahkan wanita ?

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasannya kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang sementara, kehidupan yang isinya hanyalah main-main dan senda gurau belaka.

Surah Al-Anaam, Verse 32:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ


"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

Surah Al-Anaam, Verse 32:


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ


"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

Surah Muhammad, Verse 36:

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ


"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu."

Kehidupan didunia merupakan permainan dan senda gurau. Adakalnya kita berada dijalur kemenangan ada pula kita berada dijalur kekalahan. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, susahnya merupakan kesengsaraan sementara.

Untuk itu, marilah kita berfikir ulang, kita renungkan kembali, apakah selama kita hidup di dunia ini kita lebih mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat atau malah kita terbengkalai dengan kehidupan dunia.

Ketahuilah wahai saudara-saudariku, bahwasannya tamu terdekat dan terakhir kita adalah maut. Maut datang kepada siapa saja dan kapan saja, tidak melihat sesorang itu masih  muda atau sudah tua.

Untuk itu, saya mengajak khususnya untuk diri saya sendiri dan umumnya kepada pembaca sekalian, supaya kita lebih fokus dan semangat lagi dalam mempersiapkan bekal kehidupan akhirat kita.

Think Again.

Muhasabah Diri

Lebih Banyak Perbuatan Dosa atau Perbuatan Pahala ?


Entah sudah berapa lama membuat malaikat disisi kiri bekerja lebih sering, daripada malaikat yang berada disisi kanan. Kemaksiatan terus dilakukan tanpa mempedulikan bagaimana akibat yang akan ditimbulkan.

Entah sudah berapa kali mengucap kata taubat, tapi hanya sekejap di ingat, kemudian diualngi lagi dan lagi. Sebenarnya diri ini sadar dan mengerti akan perbuatan dosa yang telah dilalui, namun mengapa sulit sekali untuk ditinggali.

Entah sampai kapan akan terus mendzolimi diri ini. Melakukan suatu dosa yang sudah jelas diketahui larangan dan azabnya.

Entah mengapa selalu ingin menampakkan diri ini suci dihadapan manusia, namun menghinakan dihadapan-Nya. Melakukan segala cara supaya dipandang hebat dan berhasil, namun tanpa disadari itu semua yang hanya akan menyeretnya kedalam neraka.

Apa kalian belum tahu, atau bahkan belum mengerti tentang semua ini...

Kemaksiatan dilakukan secara terang-terangan baik melalui pacaran maupun hal buruk lainnya.

Larangannya sudah jelas, namun kenapa masih terus langgar ?

Ataukah kalian malu jika harus terus berada dalam kesendirian ?

Bukankah kebersamaan dalam pacaran merupakan suatu jalan kemaksiatan.

Bukankah kemaksiatan akan menyeretmu kedalam suatu jalan kesesatan.

Bukankah kesesatan akan membawamu kedalam suatu jalan kehinaan.

Dan... Bukankah kehinaan akan mendorongmu kedalam jahannam.

Sadarlah wahai saudara dan saudariku...

Perintahnya sudah jelas, kenapa tidak dilakukan ?

Bukankah kesendirian dalam masa penantian merupakan suatu tuntunan.

Bukankah tuntunan itu yang seharusnya dilakukan, bukannya malah ditinggalkan.

Berpikirlah ulang wahai saudara dan saudariku...

Yaa Rabbi... Sejatinya Engkaulah yang maha membolak balikan hati, teguhkanlah hati kami ini atas agama-MU.

Ampunilah semua kesalahan kami Yaa Allah, baik yang kami berbuat secara disengaja maupun secara tidak disengaja.

Tunjukilah kami jalan lurusmu Yaa Allah.

Permudahkanlah kami dalam menjalankan segala perintahmu Yaa Allah.

Perkuatkanlah iman kami dalam menjauhi segala laranganmu Yaa Allah.

Hanya kepadamu kami meminta dan hanya kepadamulah kami memohon pertolongan.


Think Again.

Apa sih itu PJ ?

Menjadi Pejuang Jomblo bukan Peminta Pajak Jadian


Zaman sekarang memang aneh, banyak sekali perubahan yang menjerumuskan kepada kemaksiatan.

Salah satunya adalah Pacaran. Pacaran bukanlah hal yang aneh lagi di kalangan remaja-remaji Muslim, bahkan sudah banyak remaja-remaji muslim yang terjebak dengan perbuatan pacaran.

Bahkan yang lebih tragis lagi, pacaran sudah dianggap seperti suatu budaya yang diwajibkan.

Bagaimana tidak ?

Banyak sekali remaja-remaji yang melakukannya, bahkan tidak jarang diantara mereka melakukan perkelahian hanya untuk berebutan pasangan yang di minatinya.

Namun bukan itu yang akan saya bahas pada kesemempatan kali ini, tetapi saya akan membahas tentang apa itu "PJ."

sempat saya bingung tentang apa itu "PJ." Sepertinya kata itu sudah menjadi populer di kalangan remaja dan membuat saya penasaran untuk mencari tahu apa itu "PJ" yang sebenarnya.

Usut demi usut, akhirnya saya mengetahui juga tentang apa arti dari kata "PJ"

Ternyata "PJ" adalah "Pajak Jadian."
Sempat bertanya-tanya, apa yah maksudnya "Pajak Jadian itu ?"

Ternyata Pajak Jadian itu adalah suatu pajak yang di keluarkan oleh mereka yang baru saja berpacaran yang diberikan kepada teman dekatnya atau teman yang meminta pajak itu sendiri.

Jelas itu merupakan suatu hal yang aneh bahkan suatu hal yang di larang oleh agama.

Mereka yang meminta Pajak Jadian dari temannya yang berpacaran, secara tidak langsung sudah mendukung perbuatan maksiat itu di tegakkan. Oleh itu saya mengajak untuk merubah pengertian "PJ" itu sendiri.

Di rubah menjadi apa ?

Kita rubah PJ yang sebelumnya berarti Pajak Jadian menjadi Pejuang Jomblo.

Jadi... Jika kita melihat teman atau kerabat kita atau siapa saja yang melakukan perbuatan pacaran, segeralah kita menjadi Pejuang Jomblo. Tujuannya adalah kita mengingatkan mereka yang berpacaran akan akibat dan bahayanya perbuatan pacaran.

Kenapa hal ini yang di pilih ?

Hal ini di pilih karena bukankah manusia yang baik itu yang selalu mengajak temannya kepada jalan kebaikan, manusia yang selalu mengingatkan temannya ketika salah.

Think Again

Kisah Perjuangan Saya Masuk Perguruan Tinggi Bersama Zenius

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sebelumnya perkenalkan terlebih dahlu nama saya Fakhri Abdullah Rosyid, saya lulusan dari MA Negeri Tangerang tahun 2015.

Berhubung ada perlombaan menulis dari Zenius dengan tema “Kisah Perjuangan Masuk Perguruan Tinggi Bersama Zenius ."

Maka saya Fakhri Abdullah Rosyid akan bercerita tentang perjuangan saya untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang di inginkan dengan program studi yang di cita-citakan.

Sebelum saya bercerita tentang perjuangan saya masuk perguruan tinggi, saya akan menjelaskan dahulu bagaimana saya bisa mengenal Produk Zenius ini. Saya mengenal prroduk Zenius dari internet baik itu facebook maupu twitter. Hal yang pertama saya pikirkan ketika mengenal Zenius adalah saya sangat tertarik, saya selalu menonton video-video pembelajaran yang ada di Zenius, namun hanya beberapa video saja yang bisa saya tonton, ini dikarenakan saya belum memiliki Voucer Zenius.

Dari sinilah ada keinginan saya untuk membeli produk Zenius tujuannya agar saya bisa mengakses seluruh video yang ada di Zenius. Kemudian saya mulai mengecek produk Zenius melalui Gramedia, di daerah Tangerang ini sudah ada Gramedia yang menyediaka produk Zenius. Saya bersama teman saya Andri Armaenah ketika pergi ke Gramedia mulai menanyakan semua produk Zenius yang tersedia, mulai dari harga dan sebagainya.

Namun karena waktu itu saya tidak membawa uang banyak, saya belum kesampaian untuk membeli Produk Zenius. Kemudian saya berpikir-pikir bagaimana saya bisa membeli semua produk Zenius ini dengan uang terbatas yang saya miliki. Kemudian ide cemerlangpun muncul dalam pikiran saya. Saya memutuskan untuk megajak sekitar 10 rekan saya agar patungan uang untuk membeli produk zenius ini. Setelah rekan-rekan saya jelaskan tentang produk zenius ini, ternyata merekapun tertarik dan menyetujui keinginan saya agar bisa membeli produk zenius ini secara patungan.


Setelah membeli produk zenius, saya bersama rekan-rekan saya selalu belajar bersama secara rutin. Dan hasilnya luar biasa, bisa mendongkrak ranking saya di kelas hehe Alhamdulillah.

Oke langsung saja yah ke cerita intinya yaitu perjuangan saya masuk perguruan tinggi yang diinginkan dengan program studi yang di cita-citakan.

 Tahap pertama perjuangan saya untuk bisa masuk perguruan tinggi di mulai dari jalur SNMPTN.


Saya sangat berharap sekali lolos di jalur SNMPTN. kenapa ? karena semenjak saya belajar dengan Zenius nilai rapor saya sangat bagus bahkan bisa mendongkrak peringkat saya di kelas. singkat cerita saya juga terpilih untuk mewakili sekolah untuk ajang olimpiade fisika, namun hasilnya masih nihil. Dijalur SNMPTN ini pula saya cantumkan sertifikat Olimpiade. Namun setelah pengumuman hasilnya adalah "Saya Tidak Lolos SNMPTN 2015". Begitu kecewa sekali saya, namun saya tidak patah semangat sampai disini. karena saya masih memiliki Allah, Orang Tua, dan Teman yang selalu memotivasi saya.

Tahap kedua perjuangan saya untuk bisa masuk perguruan tinggi adalah melalui jalur SPAN-PTKIN.


Sama seperti jalur yang pertama saya sangat berharap bisa lolos, karena nilai rapor saya yang memuaskan dan saya bersekolah di Madrasah. Namun hasilnya saya tidak lolos juga.


Perjuangan saya tidak berhenti sampai sini, karena mendapatkan informasi dari kaka kelas saya tentang Perguruan Tinggi Politeknik Gajah Tunggal, maka saya mencoba untuk mengikuti segala macam test agar bisa di terima di Politeknik Gajah Tunggal.

Berikut ini jadwal PMB Politeknik Gajah Tunggal :

Tahap pertama Tes Administrasi saya dinyatakan lolos
Tahap kedua Tes Tulis saya dinyatakan lolos (efek belajar dengan Zenius hehe)
Sempat ragu, apakah saya akan mengikuti tahap selanjutnya atau tidak, hal ini dikarenakan pada Tanggal 8 Juni saya tes fisik, sedangkan besok harinya tanggal 9 Juni saya harus Tes SBMPTN, namun semua ini saya jalani begitu saja dengan harapan bisa lolos di semua tempat.

Tahap ketiga Tes Anatomo dan Samapta saya dinyatakan lolos.
Alhamdulillah saya dinyatakan lolos, dan  saya semakin yakin bisa di terima di Politeknik Gajah Tunggal.

Tes keempat Tes Interview saya dinyatakan lolos.

Namun pada Tes yang kelima yaitu tes Pisikotes saya dinyatakan tidak lolos dan pupus juga harapan saya untuk bisa di terima di Politeknik Gajah Tunggal.

Namun perjuangan saya tidak sampai disini, saya mengikuti Tes SBMPTN.

Tapi hasil dari tes SBMPTN pun tidak bisa menghantarkan saya lolos (mungkin efek tidak belajar dengan zenius dan kecapaian karena tes Anatomo dan Samapta di Politeknik Gajah Tunggal)


Perjuangn saya tidak berhenti sampai disini, karena mendaoat informasi dari teman saya tentang Politeknik Kesehatan Jakarta 2, maka sayapun mendaftarkan diri untuk bisa mengikuti segala tesnya.



 Namun hasilnya pun saya masih gagal, saya dinyatakan tidak lolos.

Lima perjuangan sudah saya lalui, namun hasilnya masih nihil. sempat frustasi untuik tidak berkuliah di tahun ini, namun orang tua selalu memberikan saya semangat agar bisa berkuliah di tahun ini. orang tua mulai menawarkan agar saya mengikuti jalur Ujian Mandiri, namun saya tidak mau, saya takut tidak lolos lagi.

Akhirnya setelah saya mencari informasi dari Internet tentang Perguruan Tinggi, saya sangat tertarik untuk daftar di Universitas Muhammadiyah Prod Dr Hamka.

Tidak lama kemudian saya mencoba untuk mendaftar di Universitas Muhammadiyah Prod Dr Hamka (UHAMKA). Dan alhamdulillah saya di terima di Perguruan Tinggi tersebut tanpa jalur tes, ini dikarenakan nilai rata-rata rapor saya di atas 80 (efek belajar dengan Zenius hehe).


Saya di terima di UHAMKA dengan mengambil Program Studi yang saya ingikan sejak dahulu yaitu Pendidikan Fisika.

Terimakasih Zenius atas metode pembelajarannya selama ini, mungkin saya tidak di terima melalui lima jalur di atas namun berkat Allah dan usaha belajar yang maksimal melalui Zenius, membuat nilai rapor saya sangat baik dan bisa mengantarkan saya mewakili sekolah untuk perlombaan olimpiade Fisika serta saya di terima di UHAMKA tanpa jalur tes.

Sebelum saya mengenal Zenius, metode pembelajaran saya adalah seperti ini.


Saya belajar dari berbagai macam buku dan soal-soal latihan yang menurut saya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memahaminya.

Namun setelah saya kenal Zenius metode pembelajaran saya berubah drastis, dan hasilnya pun sangat memuaskan.






Mungkin ini yang bisa saya ceritakan tentang perjuangan saya masuk Perguruan Tinggi. Dan jika Allah berkenan agar saya memenangkan lomba ini, saya ingin sekali mendapatkan buku dari Zenius yang berjudul "The Grand Design by S.Hawking & L.Mlodinow". 



Saya memiluh Program Studi Pendidikan Fisika dan saya ingin sekali mendapatkan hadiah buku itu untuk menambah referensi bacaan saya.

Semoga Allah memperkenankan saya agar bisa mendapatkan buku itu Aamiin.

Singkat cerita saya ini termasuk orang yang suka menulis, maka dari itu jika berkenan mampirlah ke blog saya yang lain "Belajar dan Mengajar"

Sekian dari saya.

Terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.